Selasa, 25 Oktober 2016

Artikel PEMANFAATAN DAN PENERAPAN HIPNOSIS DALAM PEMBELAJARAN Oleh: Sugiyanto



PEMANFAATAN DAN PENERAPAN HIPNOSIS
 DALAM PEMBELAJARAN
Oleh: Sugiyanto
SMAN 1 Pulung, Kab. Ponorogo


Abstract: The success of learning is determined by some factors, such as motivation, suggestion, and the freshness of student’s brain. For the sake of brain freshness, learning also needs relaxation. The optimum learning condition will occur if the brain is in alpha condition. Hipnosis enables the student’s brain to relax and in alpha condition so that it is ready to learn. The implementation of hipnosis in learning must use the procedure matching with the learning need.
                        Key words: hipnosis; learning; implementation

Abstrak: Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya: motivasi, sugesti dan kesegaran otak siswa. Pembelajaran juga memerlukan relaks agar otak tetap segar. Kondisi belajar optimal akan terjadi jika otak dalam kondisi alfa. Hipnosis dapat membuat otak siswa relaks dan kondisi alfa sehingga siap digunakan dalam pembelajaran. Penerapan hipnosis dalam pembelajaran menggunakan langkah-langkah yang selaras dengan kebutuhan pembelajaran.

Kata Kunci    : hipnosis, pembelajaran dan penerapan

A.    Pendahuluan
Dalam pembelajaran terjadi proses interaksi secara psikologis. Secara eksplisit, terlihat interaksi antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa. Secara implisit, terjadi interaksi psikologis yang meliputi: (1) interaksi seluruh individu, (2)  interaksi individu terhadap lingkungan belajar. (3) interaksi siswa dengan keluarga, (4) interaksi siswa dengan teman-teman di luar kelas, (5) interaksi siswa dengan diri sendiri. Kondisi interaksi psikologis demikanlah yang dialami siswa dan dihadapi oleh seorang guru.
Jika seorang guru belum mampu mengondisikan proses interaksi degan baik, pembelajaran tidak dapat berlangsung secara optimal. Pembelajaran semacam itu, dapat dikatakan sebagai pengelolaan kelas  yang mati. Kelas demikian itu akan terasa jenuh, kaku, kering, dan tanpa gairah belajar. Lebih parah lagi, jika pembelajaran itu diikuti oleh karakter guru yang arogan. Guru Sering  menunjukkan sikap tidak bersahabat bahkan menjurus distruktif.  Arahan-arahan guru dalam pembelajaran begitu kaku. Akibatnya, siswa belajar seperti robot.  Jika kondisi pembelajaran demikian berulang, menimbulkan persepsi negatif siswa terhadap guru dan pembelajaran.
Menurut Jaya (2010:28-29) persepsi negatif mengganggu keberhasilan pembelajaran. Persepsi negatif membuat respon otak siswa terhadap pembelajaran tidak optimal. Padahal persepsi adalah faktor dominan yang mendasari perilaku belajar siswa. Persepsi negatif dapat juga disebabkan oleh kejenuhan. Sering setiap pertemuan siswa mendapatkan perintah yang sama dari seorang guru. Kesamaan perintah itu baik di awal pembelajaran, saat, maupun akhir pembelajaran. Akibat dari kondisi tersebut adalah kejenuhan pada mental siswa untuk belajar. Kejenuhan mental belajar menjadi penyebab ketidakmampuan belajar.
Jansen (2008:403) menyatakan ada beberapa penyebab ketidakmampuan belajar diantaranya: (1) mereka merasa tidak punya pengaruh, (2) sikap dan budaya bahwa pandai itu kehendak Tuhan, (3) merasa gagal dalam pelajaran tertentu, (4) melihat peristiwa-peristiwa negatif dalam realitas kehidupan, (5) orang tua atau guru yang mengambil kendali ketika siswa memerlukan bantuan. Dinyatakan juga bahwa ketidakmampuan belajar dapat dikurangi bahkan diubah.
Penyebab ketidakmampuan belajar adalah pembelajaran yang kurang optimal. Otak menjadi lebih mudah lelah ketika kondisi pembelajaran kurang optimal (Jansen: 81). Sebaliknya, kontens pembelajaran yang banyak memberikan rangsangan membuat otak segar. Selain itu, kinerja otak dapat meningkatkan jika didukung berbagai penyerta dalam proses belajar. Penyerta tersebut dapat berupa lingkungan fisik, sosial, dan psikologis. Lingkungan psikologis meliputi kekuatan vocal guru, variasi sajian, bloking guru dalam kelas, media, humor.
Kelelahan otak dapat menimbulkan stress dan menghasilkan pembelajar yang gelisah. Perwujudan kelelahan tersebut adalah sikap acuh, tidak mau berusaha, dan sangat pasif. Dalam kondisi demikian diperlukan relaksasi (Jansen:142). Guru perlu memfasilitasi para siswa beberapa saat untuk relaksasi dalam setiap sesi. Hal itu merupakan salah satu usaha untuk  mengurangi stress dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Relaksasi tersebut diantaranya peregangan lambat, tawa, musik, game dan aktivitas diskusi serta percakapan takterstruktur, dan sebagainya.
 Hipnosis, terlepas dari berbagai interprestasi negatif, dalam kenyataannya dapat membantu relaksasi. Interprestasi negatif tersebut terkait berbagai berita dalam media masa. Media cetak dan elektronika akhir-akhir ini melaporkan kasus-kasus pencucian otak. Korban-korban pencucian otak  menjadi lupa kepada semua aktivitas kehidupan sebelumnya. Para korban pencucian otak bukanlah masyarakat berpendidikan rendah.
Selain itu, sering terjadi  berbagai kejahatan yang diakibatkan dengan istilah gendam. Modus kejahatan ini,  para korban dibuat lupa sehingga mengikuti kehendak pelaku. Akibatnya, korban diminta menyerahkan barang berharga seperti: perhiasan, uang dan barang berharga lain. Berbagai macam model kejahatan di atas dikaitkan dengan hipnosis. Pada sisi positif hipnosis dapat mengarahkan pada kondisi rileks sehingga dapat digunakan untuk mengoptimalkan pembelajaran. Tulisan ini akan memaparkan bagaimana pemanfaatan dan penerapan hipnosis dalam pembelajaran.

B.              Keberhasilan Pembelajaran
Keberhasilan belajar, menurut Hergenhahn (2008:32)  dapat ditinjau dari lima faktor. Pertama, belajar diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku; dengan kata lain, hasil belajar harus selalu diterjemahkan ke dalam perilaku atau tindakan yang dapat diamati. Setelah menjalani proses belajar, pembelajar (learner) akan mampu melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan sebelum mereka belajar. Kedua, perubahan behavioral ini relatif permanen; artinya, hanya sementara dan tidak menetap. Ketiga, perubahan perilaku itu tidak selalu terjadi secara langsung setelah proses belajar selesai. Keempat, perubahan perilaku (atau potensi behavioral) berasal dari pengalaman atau praktik (latihan). Kelima, pengalaman, atau praktik, harus diperkuat artinya hanya respon-respons yang menyebabkan penguatanlah yang akan dipelajari.
Proses keberhasilan belajar di atas ditentukan oleh bagaimana otak siswa bekerja. Jika otak siswa bekerja secara normal dan wajar maka ketidakmampuan belajar dapat teratasi. Normal dan wajar dapat diartikan bagaimana otak dapat secara alamiah tanpa tekanan dan paksaan terfokus dalam proses belajar. Kondisi belajar demikian dapat terjadi jika gelombang otak pada kondisi alfa. Rose dan Nicholl (2003:65) menyatakan gelombang alfa adalah gelombang otak yang bercirikan relaksasi atau meditasi. Ia beroperasi dalam rentang 8-12 siklus perdetik. Kondisi membawa seseorang berimajinasi membumbung tinggi, dalam keaadaan jaga yang rileks. Keadaan alfa ini sangat efektif untuk mengkonsolidasikan informasi yang telah dipahami. Gelombang alfa membiarkan seseorang mencapai bawah sadar, tempat tersimpan memori jangka-panjang.
Kondisi alfa juga dapat membantu penguasaan informasi baru. Anderson dalam Ellen menyatakan (2008:28) ada tiga tahap penguasaan keterampilan baru yaitu: (1) Tahap kognitif, pada tahap ini mencakup proses pengumpulan informasi terkait keterampilan tersebut untuk perilaku yang diinginkan, tahap ini memungkinkan pembelajar mengulang lagi untuk melakssiswaan keterampilan itu; (2) Tahap asosiatif  adalah tahap pemolesan performen, pembelajaran akan mengevaluasi kesalahan-kesalahan pemahaman awal yang mereka peroleh tentang keterampilan itu; (3) Tahap otonom, tahap ini merupakan perbaikan dari performen dan berlangsung tidak terbatas. Pada tahap ini pembelajar akan mendapatkan perubahan perilaku sesuai dengan yang diinginkan.        
Berdasar penelitian Ellen dkk (2008;28-30) dinyatakan pembelajaran dapat diperbaiki pada tahap awal, dengan cara mengubah cara belajar awal (tahap kognitif). Kompetensi pembelajar akan berkembang dengan baik jika siswa mendapatkan kesempatan belajar secara individu. Relaksasi di awal pembelajaran dapat memberikan kesiapan psikologis siswa secara individual. Perasaan nyaman dan bahagia mempermudah otak untuk bekerja.
Lemahnya perhatian siswa saat pembelajaran merupakan masalah konstan. Ellen (2008:42) menyampaikan bahwa secara alamiah jika sesorang memerlukan hal-hal baru dalam permainan maka tidak mengalami kesulitan menaruh perhatian pada masalah-masalah itu. Jika kita melihat stimulus baru maka akan memusatkan perhatian, sebaliknya jika hal tersebut terus menerus kita akan terbiasa juga. Artinya, jika menginginkan siswa terfokus saat pembelajaran maka pembelajaran harus bervariasi. Perhatian siswa menjadi bias ketika apa yang mereka rasakan sebagai stimulus tidak ada yang baru. Dengan demikian,  kesulitan belajar siswa dapat teratasi jika guru memvarasikan stimulus pembelajaran.  Ada beberapa hal yang dapat dijadikan variasi stimulus misalnya: cerita, peta, gambar lukisan ataupun lagu, dan sebagainya
Pembelajaran adalah proses kerja otak. Otak pembelajar dan guru terus bekerja  baik dalam jam-jam efektif maupun jangka panjang (masa tempuh belajar dalam lembaga).  Waktu belajar menjadikan otak pembelajar kelelahan sehingga laju percepatan belajar sangat mungkin terhambat. Georgi Lozanov  dalam Barbara Prashing (2007:173-175) menyampaikan bahwa proses belajar siswa dapat dipercepat dengan memberikan sugesti kepada siswa tentang keyakinan belajar.  Siswa diyakinkan bahwa mereka mampu belajar dengan cepat, mudah, dan senang hati. Proses pemberian sugesti keyakinan itu dapat dilakukan dengan relaksasi/kondisi alfa.
Relaksasi dan visualisasi merupakan titik penting untuk menjaga kondisi belajar optimal, menangani stress atau kecemasan. Penggunaan musik dan/atau teknik-teknik relaksasi dan visualisasi merupakan cara untuk mengubah pola-pola gelombang otak secara alami dari kondisi beta ke alfa. Keadaan ini, menjadikan siswa waspada tetapi santai. Pikiran dapat tenang jika tubuh santai. Alasan demikian, menegaskan bahwa relaksasi harus dimulai dengan relaksasi fisik, termasuk bernafas, kemudian lakukan relaksasi mental, dan selesaikan dengan visualisasi kreatif yang positif. Latihan-latihan tersebut dilakukan sebelum memulai pelajaran.
Bobbi DePorter, dkk. (2003:103) merujuk Lozanov menyatakan kekuatan sugesti dapat mempengaruhi penyerapan otak kita lebih cepat. Kondisi ini untuk mengatasi bahwa segala sesuatu di kelas mengirimkan pesan yang dapat memacu dan mengalihkan belajar. Soenjono (1992: 63) merujuk Lozanov dalam pembelajaran bahasa atau pembelajaran pada umumnya menyatakan suggestology adalah suatu konsep yang menyuguhkan pandangan bahwa manusia bisa diarahkan untuk melakukan sesuatu dengan sugesti. Pikiran dibuat setenang mungkin, santai dan terbuka sehingga materi yang menstimulus saraf dapat mudah diterima dan tersimpan.
Beberapa pernyataan tentang belajar, hasil belajar dan proses belajar di atas mengaitkan dengan perlunya sebuah kondisi relaksasi. Relaksasi sebagai sarana memberikan sebuah sugesti. Bermacam teknik relaksasi dapat digunakan dalam member sugesti. Salah satu cara adalah dengan hipnosis.
Selain hal tersebut, dinyatakan bahwa pembelajaran bukan hanya proses siswa belajar di kelas.  Semua kegiatan yang membangun potensi dan motivasi siswa adalah pembelajaran. Semua pembelajaran tersebut, selain  membutuhkan kebugaran fisik juga kesegaran otak. Penyiapan kesegaran otak siswa dapat dilakukan dengan memberikan sugesti.  Secara khusus sugesti dapat diberikan dalam kegiatan seperti: (1) persiapan siswa memasuki lembaga baru, (2) membangkitkan motivasi siswa mengikuti ujian nasional, (3) memotivasi siswa kegiatan tertentu, dan (4) menghilangkan rasa cemas dalam belajar.

          C. Hipnosis
   Banyak orang salah mengerti dengan kata hipnosis. Hipnosis selalu dikaitkan dengan supranatural. Bahkan berbahaya karena terkait dengan kegelapan seperti magic, atau ilmu sesat. Hipnosis dapat digunakan untuk menguasai pikiran orang lain sehingga mampu diperintahkan oleh hipnotis, demikian menurut Adi W. Gunawan (2007:4).  Ada beberapa pandangan tentang hipnosis di masyarakat diantaranya adalah tidak tahu-menahu dan tahu sedikit tetapi salah tanggap (Hakim, 2010:2). Berdasarkan pendapat di atas ada interprestasi negatif tentang hipnosis.
Hipnosis berdasarkan U.S. department of Education, Human Services Division adalah; Hipnosis is the by-pass of the critical factor of the conscious mindfollowed by the establishment of acceptable selective thinking. Atau  Hipnosis adalah penembusan factor kritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran atau sugesti. (Novian, 2010:6).
Yuss Santos (2009:4) menyampaikan hipnosis berkaitan dengan hypnotherapy, hypno teaching, hipnosis in teaching, hypno writing dan sebagainya. Terkait dengan hypnotherapy terdapat: hipnosis for Birth, hipnosis for Children, hypnotherapy for Clinical Applied, Maritel and Sex Hypnotherapy, Modifikasi NLP-Nac for Hipnosis. Diantara pernyataan tersebut, hypno teaching dan hipnosis in teaching dapat diterapkan dalam pembelajaran. Pada paparan ini keduanya diistilahkan dalam hypno teaching.
Hypno teaching terkait dengan penerapan hipnosis dalam pembelajaran. Hypno teaching seabagai upaya pengoptimalan motivasi minat belajar dalam pikiran bawah sadar. Dengan minat yang tinggi,  siswa dapat belajar dengan optimal pula. Dalam hypno teaching, belajar optimal adalah jika proses belajar berlangsung secara bawah sadar. Selain itu, hasil belajar masuk dalam bawah sadar. Kondisi proses dan hasil belajar demikian itu, berbentuk long term memory.
 Widiatmoko (2009:17) menyatakan otak manusia terdiri atas tiga bagian yaitu neocortex, limbic system dan reptilian complex. Reptilian complex disebut otak reptile berdarah dingin berfungsi mengendalikan tentang kebutuhan dasar hidup (bernafas, makan). Limbic System atau otak mamalia berdarah panas yang mengendalikan emosi, seksualitas dan berperan penting dalam memori. Neocortec adalah bagian otak untuk berpikir, berbicara, melihat, dan mencipta. Neocortek menurut Roger Sperry terbagi dalam otak kanan dan otak kiri.  Hipnosis dapat mengkondisikan semua bagian otak tersebut dalam situasi relaks. Situasi demikian memudahkan untuk memberikan sugesti.
Langkah-langkah hipnosis menentukan pencapaian kondisi relaks. Wong dan Hakim (2009:22) menyampaikan pelaksanaan hipnosis (hypnoteraphy) mengikuti langkah-langkah sebagai berikut; preinduction, induction, deepening, dept level test, suggestion, termination, posthypnotic Hipnosis dapat menghantarkan rasa nyaman, relaks, dan tersugesti oleh kata-kata penghipnosis. Lebih lagi pesan itu bisa masuk dalam bawah sadar. Pesan-pesan dan motivasi dapat masuk dalam bawah sadar siswa.

D.                         Penerapan Hipnosis dalam Pembelajaran
Sebagai mindset awal perlu dipahami bahwa strategi ini tidak sedemikian cepat mengubah siswa yang belum optimal belajar menjadi bergairah. Siswa lambat belajar menjadi pintar. Siswa malas berubah jadi rajin. Pembelajaran ini sebagai salah satu strategi, bukan sebuah keajaiban belajar.
Belajar memerlukan kerja otak dan fisik. Diharapkan siswa memiliki kondisi hasrat belajar secara mandiri. Siswa mempunyai mindset bahwa mereka harus belajar. Jika mindset demikian itu sudah tertanam, pelaksanaan pembelajaran akan optimal. Selain hal tersebut, pada diri siswa terdapat mental blok yang menghambat belajar. Perasaan-perasaan siswa seperti: saya tidak bisa, saya tidak penting, pelajaran ini untuk apa, kalau lulus nanti mengapa, itulah mental block yang menghambat belajar. Mental block yang lain seperti: sikap saya sudah bisa, saya pandai, dan perasaan-perasaan superior, termasuk penghambat belajar.
 Kelelahan belajar siswa (kelelahan otak) dapat disegarkan dengan relaksasi. Hipnosis adalah salah satu cara untuk merelaksasi. Tingkat belajar akan semakin baik jika siswa dapat terarahkan dalam kondisi alfa (tidur yang terjaga). Hipnosis menghantarkan otak untuk menuju zona alfa. Hipnosis  dapat untuk memanggil kembali memori yang terpendam dalam bawah sadar. Pembelajaran masa lalu atau pengalaman belajar masa lalu dapat dipanggil kembali dengan hipnosis. Hipnosis juga efektif untuk memberikan sugesti. Dinyatakan di atas, sugesti merupakan unsur yang mampu membangkitkan minat belajar. Sugesti juga dapat menghapus mental blok penghambat belajar.
Penerapan hipnosis dalam  pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut; preinduction, induction, deepening, dept level test, suggestion, termination, post hypnotic. Langkah-langkah ini diikuti dengan pengaturan pernafasan tertentu. Untuk membimbing digunakan bahasa komunikasi yang lembut dan penuh kesantunan. Sentuh perasaan siswa dengan mengaitkan pada Tuhan. Lebih efektif jika diiringi dengan musik. Kondisi demikian akan membawa mereka pada kondisi alfa. Penggunaan hipnosis secara riil sebagai berikut.
Pertama, jika digunakan sekadar relaksasi awal maka gunakanlah sebelum memulai pelajaran. Lakukan langkah hipnosis tersebut dan sugesti siswa untuk merasakan rileks. Saat siswa rileks, tambahkan sugesti motivasi untuk bersemangat mengikuti pembelajaran. Kemudian kembalikan siswa dalam kondisi terjaga (beta). Setelah cukup istirahat, pembelajaran dapat dilangsungkan.
Kedua, jika digunakan untuk membangkitkan kembali fokus siswa, gunakanlah hipnosis di tengah pembelajaran berlangsung. Guru melakukan langkah hipnosis. Saat siswa relak, berikan sugesti kesegaran belajar dan kembali fokus. Kemudian kembalikan siswa dalam kondisi terjaga (beta). Pembelajaran dapat dilanjutkan setelah siswa terjaga.
Ketiga, hipnosis digunakan untuk memanggil pengalaman belajar dalam bawah sadar. Kegiatan ini dapat kita laksanakan bersamaan dengan motivasi atau outbond  menjelang ujian. Meskipun dapat juga dilaksanakan dalam konteks pembelajaran biasa. Penerapannya sama, lakukan langkah hipnosis, dalam kondisi trans pancing siswa dengan matari-materi terkait (matematika, fisika, ekonomi dan sebagainya). Kembalikan pada kondisi beta, lakukan testimony pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan ini akan lebih optimal jika materi dipresentasikan.
 Keempat, hipnosis digunakan untuk membuang mental block . Lakukan langkah hipnosis, saat kondisi relaks, arahkan siswa untuk mengingat perasaan-perasan yang menghambat motivasi belajarnya. Arahkan mereka untuk membuang mental blok.  Pembuangan dilakukan saat mengeluarkan udara. Kembalikan mereka dalam kondisi beta. Segarkan siswa dengan sugesti bahwa pembelajaran ini bermanfaat.
Selain keempat langkah di atas, terdapat iswa tertentu membutuhkan penanganan khusus. Siswa tersebut diantaranya: fisik kuat, terlalu emotif, atau siswa menolak kegiatan relaksasi. Siswa yang memiliki fisik kuat memerlukan peregangan-peregangan awal atau brain gym. Peregangan ini akan membuat otot-otot lemas sehingga mudah untuk menghantarkan mereka ke kondisi alfa. Siswa emotif biasanya mudah menangis dan terisak, saat trans perhatikan lebih serius mereka atau pindahkan ke tempat lain. Siswa yang menolak kegiatan lakukan pendekatan dengan kontak fisik (sentuh bagian tubuh tertentu).
E.  Penutup
Disimpulkan hipnosis dapat digunakan dalam konteks pembelajaran. Hipnosis sebagai sarana membuat relaks sehingga dapat menyegarkan kelelahan otak. Hipnosis juga dapat digunakan untuk memberikan motivasi belajar. Motivasi belajar ini sangat membantu keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Hipnosis dapat digunakan untuk membuang mental block penghambat belajar. Mental block mengganggu mental siswa dalam belajar. Singkatnya hipnosis mampu menghasilkan kondisi alfa ataupun relaks pada siswa. Kondisi tersebut sangat baik untuk pembelajaran.
Implementasi hipnosis dalam pembelajaran sama dengan menerapkan langkah hipnosis pada umumnya. Perbedaannya hanya terletak pada kapan diberikan dan isi sugesti. Hipnosis dapat dilaksanakan di awal pembelajaran, di tengah-tengah pembelajaran, kegiatan out bond, kegiatan motivasi, kegiatan menjelang kegiatan Ujian Nasional. Sugesti yang diperlukan jelas sesuai dengan tujuan dan kapan pelaksanaan berlangsung. Hipnosis dapat membawa otak dalam kondisi afta. Kondisi ini mampu menyelaraskan kinerja otak untuk bersemangat belajar. Namun demikian, tetap disadari bahwa ini hanyalah salah satu bentuk strategi pembelajaran. Hipnosis bukan strategi pembelajaran yang terbaik.

             DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Adi  W. 2007. Hypnotherapy.  Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hakim, Andri. 2010. Hipnosis in Teaching. Jakarta: Visi Media
Phrashing , Barbara. 2007. The Power of Learning Styles. Penerjemah Nina Fauziah. Bandung: Kaifa
Bobbi DePorter,dkk.2003. Quantum Teaching. Penerjemah Ary Nilandari. Kaifa:  Bandung
 Colin Rose dan Malcom J. Nicholl.2003. Accelerated Learning. Penerjemah Dedi Ahimsa. Bandung : Yayasan Nuansa Cendekia
Eric Jensen. 2008. Brain-Based Learning. Penerjemah Narulita Yusron. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Novian Triwidia Jaya 2010. Hypno Teaching. Jakarta: D-Brain
Yus  Santos. Buku Panduan Advance Hypnotherapy (2009). Surabaya: Alfa Omega Center
Soenjono Dardjowidjojo.1992. Berbagai Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa. Mulyana Sumardi, editor. Jakarta:  Pustaka Sinar Harapan 
Widianto,  Irwan. 2009. Super Great Memory. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Willy Wong,dan Andri Hakim. 2009. Dahsyatnya Hipnosis. Jakarta: Visimedia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar