PEMANFAATAN DAN PENERAPAN HIPNOSIS
DALAM
PEMBELAJARAN
Oleh: Sugiyanto
SMAN
1 Pulung, Kab. Ponorogo
Abstract:
The success of learning is determined by some factors, such as motivation,
suggestion, and the freshness of student’s brain. For the sake of brain
freshness, learning also needs relaxation. The optimum learning condition will
occur if the brain is in alpha condition. Hipnosis enables the student’s brain
to relax and in alpha condition so that it is ready to learn. The
implementation of hipnosis in learning must use the procedure matching with the
learning need.
Key words: hipnosis;
learning; implementation
Abstrak: Keberhasilan
pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya: motivasi, sugesti
dan kesegaran otak siswa. Pembelajaran juga memerlukan relaks agar otak tetap
segar. Kondisi belajar optimal akan terjadi jika otak dalam kondisi alfa. Hipnosis
dapat membuat otak siswa relaks dan kondisi alfa sehingga siap digunakan dalam
pembelajaran. Penerapan hipnosis dalam pembelajaran menggunakan langkah-langkah
yang selaras dengan kebutuhan pembelajaran.
Kata Kunci : hipnosis, pembelajaran dan penerapan
A. Pendahuluan
Dalam
pembelajaran terjadi proses interaksi secara psikologis. Secara eksplisit,
terlihat interaksi antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa. Secara implisit,
terjadi interaksi psikologis yang meliputi: (1) interaksi seluruh individu, (2)
interaksi individu terhadap lingkungan
belajar. (3) interaksi siswa dengan keluarga, (4) interaksi siswa dengan
teman-teman di luar kelas, (5) interaksi siswa dengan diri sendiri. Kondisi
interaksi psikologis demikanlah yang dialami siswa dan dihadapi oleh seorang
guru.
Jika
seorang guru belum mampu mengondisikan proses interaksi degan baik, pembelajaran
tidak dapat berlangsung secara optimal. Pembelajaran semacam itu, dapat
dikatakan sebagai pengelolaan kelas yang
mati. Kelas demikian itu akan terasa jenuh, kaku, kering, dan tanpa gairah
belajar. Lebih parah lagi, jika pembelajaran itu diikuti oleh karakter guru
yang arogan. Guru Sering menunjukkan
sikap tidak bersahabat bahkan menjurus distruktif. Arahan-arahan guru dalam pembelajaran begitu
kaku. Akibatnya, siswa belajar seperti robot.
Jika kondisi pembelajaran demikian berulang, menimbulkan persepsi negatif
siswa terhadap guru dan pembelajaran.
Menurut
Jaya (2010:28-29) persepsi negatif mengganggu keberhasilan pembelajaran.
Persepsi negatif membuat respon otak siswa terhadap pembelajaran tidak optimal.
Padahal persepsi adalah faktor dominan yang mendasari perilaku belajar siswa.
Persepsi negatif dapat juga disebabkan oleh kejenuhan. Sering setiap pertemuan
siswa mendapatkan perintah yang sama dari seorang guru. Kesamaan perintah itu
baik di awal pembelajaran, saat, maupun akhir pembelajaran. Akibat dari kondisi
tersebut adalah kejenuhan pada mental siswa untuk belajar. Kejenuhan mental
belajar menjadi penyebab ketidakmampuan belajar.
Jansen
(2008:403) menyatakan ada beberapa penyebab ketidakmampuan belajar diantaranya:
(1) mereka merasa tidak punya pengaruh, (2) sikap dan budaya bahwa pandai itu
kehendak Tuhan, (3) merasa gagal dalam pelajaran tertentu, (4) melihat
peristiwa-peristiwa negatif dalam realitas kehidupan, (5) orang tua atau guru
yang mengambil kendali ketika siswa memerlukan bantuan. Dinyatakan juga bahwa ketidakmampuan
belajar dapat dikurangi bahkan diubah.
Penyebab
ketidakmampuan belajar adalah pembelajaran yang kurang optimal. Otak menjadi
lebih mudah lelah ketika kondisi pembelajaran kurang optimal (Jansen: 81).
Sebaliknya, kontens pembelajaran yang banyak memberikan rangsangan membuat otak
segar. Selain itu, kinerja otak dapat meningkatkan jika didukung berbagai
penyerta dalam proses belajar. Penyerta tersebut dapat berupa lingkungan fisik,
sosial, dan psikologis. Lingkungan psikologis meliputi kekuatan vocal guru,
variasi sajian, bloking guru dalam kelas, media, humor.
Kelelahan
otak dapat menimbulkan stress dan menghasilkan pembelajar yang gelisah.
Perwujudan kelelahan tersebut adalah sikap acuh, tidak mau berusaha, dan sangat
pasif. Dalam kondisi demikian diperlukan relaksasi (Jansen:142). Guru perlu
memfasilitasi para siswa beberapa saat untuk relaksasi dalam setiap sesi. Hal itu
merupakan salah satu usaha untuk mengurangi stress dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Relaksasi tersebut diantaranya peregangan lambat, tawa, musik, game dan
aktivitas diskusi serta percakapan takterstruktur, dan sebagainya.
Hipnosis, terlepas dari berbagai interprestasi
negatif, dalam kenyataannya dapat membantu relaksasi. Interprestasi negatif
tersebut terkait berbagai berita dalam media masa. Media cetak dan elektronika
akhir-akhir ini melaporkan kasus-kasus pencucian otak. Korban-korban pencucian
otak menjadi lupa kepada semua aktivitas
kehidupan sebelumnya. Para korban pencucian otak bukanlah masyarakat
berpendidikan rendah.
Selain
itu, sering terjadi berbagai kejahatan
yang diakibatkan dengan istilah gendam. Modus kejahatan ini, para korban dibuat lupa sehingga mengikuti kehendak
pelaku. Akibatnya, korban diminta menyerahkan barang berharga seperti: perhiasan,
uang dan barang berharga lain. Berbagai macam model kejahatan di atas dikaitkan
dengan hipnosis. Pada sisi positif hipnosis
dapat mengarahkan pada kondisi rileks sehingga dapat digunakan untuk
mengoptimalkan pembelajaran. Tulisan ini akan memaparkan bagaimana pemanfaatan
dan penerapan hipnosis dalam pembelajaran.
B.
Keberhasilan Pembelajaran
Keberhasilan
belajar, menurut Hergenhahn (2008:32)
dapat
ditinjau dari lima faktor. Pertama, belajar diukur berdasarkan perubahan dalam
perilaku; dengan kata lain, hasil belajar harus selalu diterjemahkan ke dalam
perilaku atau tindakan yang dapat diamati. Setelah menjalani proses belajar,
pembelajar (learner) akan mampu
melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan sebelum mereka belajar. Kedua, perubahan behavioral ini relatif
permanen; artinya, hanya sementara dan tidak menetap. Ketiga, perubahan perilaku itu tidak selalu
terjadi secara langsung setelah proses belajar selesai. Keempat, perubahan
perilaku (atau potensi behavioral) berasal dari pengalaman atau praktik
(latihan). Kelima, pengalaman, atau praktik, harus diperkuat artinya hanya
respon-respons yang menyebabkan penguatanlah yang akan dipelajari.
Proses
keberhasilan belajar di atas ditentukan oleh bagaimana otak siswa bekerja. Jika
otak siswa bekerja secara normal dan wajar maka ketidakmampuan belajar dapat
teratasi. Normal dan wajar dapat diartikan bagaimana otak dapat secara alamiah
tanpa tekanan dan paksaan terfokus dalam proses belajar. Kondisi belajar
demikian dapat terjadi jika gelombang otak pada kondisi alfa. Rose dan Nicholl
(2003:65) menyatakan gelombang alfa adalah gelombang otak yang bercirikan
relaksasi atau meditasi. Ia beroperasi dalam rentang 8-12 siklus perdetik.
Kondisi membawa seseorang berimajinasi membumbung tinggi, dalam keaadaan jaga
yang rileks. Keadaan alfa ini sangat efektif untuk mengkonsolidasikan informasi
yang telah dipahami. Gelombang alfa membiarkan seseorang mencapai bawah sadar,
tempat tersimpan memori jangka-panjang.
Kondisi
alfa juga dapat membantu penguasaan informasi baru. Anderson dalam Ellen menyatakan
(2008:28) ada tiga tahap penguasaan keterampilan baru yaitu: (1) Tahap
kognitif, pada tahap ini mencakup proses pengumpulan informasi terkait
keterampilan tersebut untuk perilaku yang diinginkan, tahap ini memungkinkan
pembelajar mengulang lagi untuk melakssiswaan keterampilan itu; (2) Tahap
asosiatif adalah tahap pemolesan
performen, pembelajaran akan mengevaluasi kesalahan-kesalahan pemahaman awal
yang mereka peroleh tentang keterampilan itu; (3) Tahap otonom, tahap ini
merupakan perbaikan dari performen dan berlangsung tidak terbatas. Pada tahap
ini pembelajar akan mendapatkan perubahan perilaku sesuai dengan yang
diinginkan.
Berdasar
penelitian Ellen dkk (2008;28-30) dinyatakan pembelajaran dapat diperbaiki pada
tahap awal, dengan cara mengubah cara belajar awal (tahap kognitif). Kompetensi
pembelajar akan berkembang dengan baik jika siswa mendapatkan kesempatan
belajar secara individu. Relaksasi di awal pembelajaran dapat memberikan
kesiapan psikologis siswa secara individual. Perasaan nyaman dan bahagia
mempermudah otak untuk bekerja.
Lemahnya
perhatian siswa saat pembelajaran merupakan masalah konstan. Ellen (2008:42) menyampaikan
bahwa secara alamiah jika sesorang memerlukan hal-hal baru dalam permainan maka
tidak mengalami kesulitan menaruh perhatian pada masalah-masalah itu. Jika kita
melihat stimulus baru maka akan memusatkan perhatian, sebaliknya jika hal
tersebut terus menerus kita akan terbiasa juga. Artinya, jika menginginkan
siswa terfokus saat pembelajaran maka pembelajaran harus bervariasi. Perhatian
siswa menjadi bias ketika apa yang mereka rasakan sebagai stimulus tidak ada
yang baru. Dengan demikian, kesulitan belajar
siswa dapat teratasi jika guru memvarasikan stimulus pembelajaran. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan variasi
stimulus misalnya: cerita, peta, gambar lukisan ataupun lagu, dan sebagainya
Pembelajaran
adalah proses kerja otak. Otak pembelajar dan guru terus bekerja baik dalam jam-jam efektif maupun jangka
panjang (masa tempuh belajar dalam lembaga).
Waktu belajar menjadikan otak pembelajar kelelahan sehingga laju
percepatan belajar sangat mungkin terhambat. Georgi Lozanov dalam Barbara Prashing (2007:173-175)
menyampaikan bahwa proses belajar siswa dapat dipercepat dengan memberikan
sugesti kepada siswa tentang keyakinan belajar. Siswa diyakinkan bahwa mereka mampu belajar
dengan cepat, mudah, dan senang hati. Proses pemberian sugesti keyakinan itu dapat
dilakukan dengan relaksasi/kondisi alfa.
Relaksasi
dan visualisasi merupakan titik penting untuk menjaga kondisi belajar optimal,
menangani stress atau kecemasan. Penggunaan musik dan/atau teknik-teknik
relaksasi dan visualisasi merupakan cara untuk mengubah pola-pola gelombang
otak secara alami dari kondisi beta ke alfa. Keadaan ini, menjadikan siswa
waspada tetapi santai. Pikiran dapat tenang jika tubuh santai. Alasan demikian,
menegaskan bahwa relaksasi harus dimulai dengan relaksasi fisik, termasuk
bernafas, kemudian lakukan relaksasi mental, dan selesaikan dengan visualisasi
kreatif yang positif. Latihan-latihan tersebut dilakukan sebelum memulai
pelajaran.
Bobbi
DePorter, dkk. (2003:103) merujuk Lozanov menyatakan kekuatan sugesti dapat
mempengaruhi penyerapan otak kita lebih cepat. Kondisi ini untuk mengatasi
bahwa segala sesuatu di kelas mengirimkan pesan yang dapat memacu dan
mengalihkan belajar. Soenjono (1992: 63) merujuk Lozanov dalam pembelajaran
bahasa atau pembelajaran pada umumnya menyatakan suggestology adalah suatu konsep yang menyuguhkan pandangan bahwa
manusia bisa diarahkan untuk melakukan sesuatu dengan sugesti. Pikiran dibuat
setenang mungkin, santai dan terbuka sehingga materi yang menstimulus saraf
dapat mudah diterima dan tersimpan.
Beberapa
pernyataan tentang belajar, hasil belajar dan proses belajar di atas mengaitkan
dengan perlunya sebuah kondisi relaksasi. Relaksasi sebagai sarana memberikan
sebuah sugesti. Bermacam teknik relaksasi dapat digunakan dalam member sugesti.
Salah satu cara adalah dengan hipnosis.
Selain
hal tersebut, dinyatakan bahwa pembelajaran bukan hanya proses siswa belajar di
kelas. Semua kegiatan yang membangun
potensi dan motivasi siswa adalah pembelajaran. Semua pembelajaran tersebut,
selain membutuhkan kebugaran fisik juga kesegaran
otak. Penyiapan kesegaran otak siswa dapat dilakukan dengan memberikan sugesti.
Secara khusus sugesti dapat diberikan
dalam kegiatan seperti: (1) persiapan siswa memasuki lembaga baru, (2) membangkitkan
motivasi siswa mengikuti ujian nasional, (3) memotivasi siswa kegiatan
tertentu, dan (4) menghilangkan rasa cemas dalam belajar.
C. Hipnosis
Banyak orang salah mengerti dengan kata
hipnosis. Hipnosis selalu dikaitkan dengan supranatural. Bahkan berbahaya
karena terkait dengan kegelapan seperti magic,
atau ilmu sesat. Hipnosis dapat digunakan untuk menguasai pikiran orang lain
sehingga mampu diperintahkan oleh hipnotis, demikian menurut Adi W. Gunawan
(2007:4). Ada beberapa pandangan tentang
hipnosis di masyarakat diantaranya adalah tidak tahu-menahu dan tahu sedikit
tetapi salah tanggap (Hakim, 2010:2). Berdasarkan pendapat di atas ada interprestasi
negatif tentang hipnosis.
Hipnosis
berdasarkan U.S. department of Education,
Human Services Division adalah; Hipnosis
is the by-pass of the critical factor of the conscious mindfollowed by the
establishment of acceptable selective thinking. Atau Hipnosis adalah penembusan factor kritis
pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran atau sugesti. (Novian,
2010:6).
James Braid
dalam Andri Hakim menyatakan hipnosis adalah
fenomena trans akibat adanya tidur saraf karena terfokus pada objek tertentu
(op.cit:1) Dapat diartikan bahwa hipnosis adalah keadaan relaks dalam kesadaran
sehingga dapat terfokus dan tersugesti. Hipnosis tidak dapat dilakukan orang
lain tanpa ada kemauan dari orang yang dihipnosis. Sebaliknya seseorang dapat meghipnosis
diri sendiri. Jadi apa yang tersajikan dalam layar kaca seperti Uya-Kuya
(Tayangan SCTV) hanyalah kapasitas intertaiment.
Yuss
Santos (2009:4) menyampaikan hipnosis berkaitan dengan hypnotherapy, hypno teaching,
hipnosis in teaching, hypno writing dan sebagainya. Terkait dengan hypnotherapy terdapat: hipnosis for Birth, hipnosis for Children,
hypnotherapy for Clinical Applied, Maritel and Sex Hypnotherapy, Modifikasi
NLP-Nac for Hipnosis. Diantara pernyataan tersebut, hypno teaching dan hipnosis
in teaching dapat diterapkan dalam pembelajaran. Pada paparan ini keduanya
diistilahkan dalam hypno teaching.
Hypno teaching
terkait dengan penerapan hipnosis dalam pembelajaran. Hypno teaching seabagai upaya pengoptimalan motivasi minat belajar
dalam pikiran bawah sadar. Dengan minat yang tinggi, siswa dapat belajar dengan optimal pula. Dalam
hypno teaching, belajar optimal
adalah jika proses belajar berlangsung secara bawah sadar. Selain itu, hasil
belajar masuk dalam bawah sadar. Kondisi proses dan hasil belajar demikian itu,
berbentuk long term memory.
Widiatmoko (2009:17) menyatakan otak manusia
terdiri atas tiga bagian yaitu neocortex,
limbic system dan reptilian complex.
Reptilian complex disebut otak reptile berdarah dingin berfungsi
mengendalikan tentang kebutuhan dasar hidup (bernafas, makan). Limbic System atau otak mamalia berdarah
panas yang mengendalikan emosi, seksualitas dan berperan penting dalam memori. Neocortec adalah bagian otak untuk
berpikir, berbicara, melihat, dan mencipta. Neocortek
menurut Roger Sperry terbagi dalam otak kanan dan otak kiri. Hipnosis dapat mengkondisikan semua bagian
otak tersebut dalam situasi relaks. Situasi demikian memudahkan untuk
memberikan sugesti.
Langkah-langkah
hipnosis menentukan pencapaian kondisi relaks. Wong dan Hakim (2009:22) menyampaikan pelaksanaan hipnosis (hypnoteraphy) mengikuti langkah-langkah sebagai berikut; preinduction, induction, deepening, dept
level test, suggestion, termination, posthypnotic Hipnosis
dapat menghantarkan rasa nyaman, relaks, dan tersugesti oleh kata-kata
penghipnosis. Lebih lagi pesan itu bisa masuk dalam bawah sadar. Pesan-pesan
dan motivasi dapat masuk dalam bawah sadar siswa.
D.
Penerapan Hipnosis dalam Pembelajaran
Sebagai
mindset awal perlu dipahami bahwa
strategi ini tidak sedemikian cepat mengubah siswa yang belum optimal belajar
menjadi bergairah. Siswa lambat belajar menjadi pintar. Siswa malas berubah jadi
rajin. Pembelajaran ini sebagai salah satu strategi, bukan sebuah keajaiban
belajar.
Belajar
memerlukan kerja otak dan fisik. Diharapkan siswa memiliki kondisi hasrat
belajar secara mandiri. Siswa mempunyai mindset
bahwa mereka harus belajar. Jika mindset demikian
itu sudah tertanam, pelaksanaan pembelajaran akan optimal. Selain hal tersebut,
pada diri siswa terdapat mental blok yang menghambat belajar. Perasaan-perasaan
siswa seperti: saya tidak bisa, saya tidak penting, pelajaran ini untuk apa,
kalau lulus nanti mengapa, itulah mental
block yang menghambat belajar. Mental
block yang lain seperti: sikap saya sudah bisa, saya pandai, dan
perasaan-perasaan superior, termasuk penghambat belajar.
Kelelahan belajar siswa (kelelahan otak) dapat
disegarkan dengan relaksasi. Hipnosis adalah salah satu cara untuk merelaksasi.
Tingkat belajar akan semakin baik jika siswa dapat terarahkan dalam kondisi
alfa (tidur yang terjaga). Hipnosis menghantarkan otak untuk menuju zona alfa. Hipnosis
dapat untuk memanggil kembali memori
yang terpendam dalam bawah sadar. Pembelajaran masa lalu atau pengalaman
belajar masa lalu dapat dipanggil kembali dengan hipnosis. Hipnosis juga efektif
untuk memberikan sugesti. Dinyatakan di atas, sugesti merupakan unsur yang mampu
membangkitkan minat belajar. Sugesti juga dapat menghapus mental blok
penghambat belajar.
Penerapan
hipnosis dalam pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut; preinduction, induction, deepening, dept
level test, suggestion, termination, post hypnotic. Langkah-langkah
ini diikuti dengan pengaturan pernafasan tertentu. Untuk membimbing digunakan
bahasa komunikasi yang lembut dan penuh kesantunan. Sentuh perasaan siswa
dengan mengaitkan pada Tuhan. Lebih efektif jika diiringi dengan musik. Kondisi
demikian akan membawa mereka pada kondisi alfa. Penggunaan hipnosis secara riil
sebagai berikut.
Pertama,
jika digunakan sekadar relaksasi awal maka gunakanlah sebelum memulai
pelajaran. Lakukan langkah hipnosis tersebut dan sugesti siswa untuk merasakan
rileks. Saat siswa rileks, tambahkan sugesti motivasi untuk bersemangat
mengikuti pembelajaran. Kemudian kembalikan siswa dalam kondisi terjaga (beta).
Setelah cukup istirahat, pembelajaran dapat dilangsungkan.
Kedua,
jika digunakan untuk membangkitkan kembali fokus siswa, gunakanlah hipnosis di
tengah pembelajaran berlangsung. Guru melakukan langkah hipnosis. Saat siswa
relak, berikan sugesti kesegaran belajar dan kembali fokus. Kemudian kembalikan
siswa dalam kondisi terjaga (beta). Pembelajaran dapat dilanjutkan setelah
siswa terjaga.
Ketiga,
hipnosis digunakan untuk memanggil pengalaman belajar dalam bawah sadar.
Kegiatan ini dapat kita laksanakan bersamaan dengan motivasi atau outbond menjelang ujian. Meskipun dapat juga dilaksanakan
dalam konteks pembelajaran biasa. Penerapannya sama, lakukan langkah hipnosis,
dalam kondisi trans pancing siswa
dengan matari-materi terkait (matematika, fisika, ekonomi dan sebagainya).
Kembalikan pada kondisi beta, lakukan testimony pembelajaran yang telah
dilakukan. Kegiatan ini akan lebih optimal jika materi dipresentasikan.
Keempat, hipnosis digunakan untuk membuang mental block . Lakukan langkah hipnosis,
saat kondisi relaks, arahkan siswa untuk mengingat perasaan-perasan yang
menghambat motivasi belajarnya. Arahkan mereka untuk membuang mental blok. Pembuangan dilakukan saat mengeluarkan udara.
Kembalikan mereka dalam kondisi beta. Segarkan siswa dengan sugesti bahwa
pembelajaran ini bermanfaat.
Selain
keempat langkah di atas, terdapat iswa tertentu membutuhkan penanganan khusus.
Siswa tersebut diantaranya: fisik kuat, terlalu emotif, atau siswa menolak
kegiatan relaksasi. Siswa yang memiliki fisik kuat memerlukan
peregangan-peregangan awal atau brain gym.
Peregangan ini akan membuat otot-otot lemas sehingga mudah untuk menghantarkan
mereka ke kondisi alfa. Siswa emotif biasanya mudah menangis dan terisak, saat
trans perhatikan lebih serius mereka atau pindahkan ke tempat lain. Siswa yang
menolak kegiatan lakukan pendekatan dengan kontak fisik (sentuh bagian tubuh
tertentu).
E. Penutup
Disimpulkan
hipnosis dapat digunakan dalam konteks pembelajaran. Hipnosis sebagai sarana
membuat relaks sehingga dapat menyegarkan kelelahan otak. Hipnosis juga dapat
digunakan untuk memberikan motivasi belajar. Motivasi belajar ini sangat
membantu keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Hipnosis dapat digunakan
untuk membuang mental block penghambat belajar. Mental block mengganggu mental
siswa dalam belajar. Singkatnya hipnosis mampu menghasilkan kondisi alfa
ataupun relaks pada siswa. Kondisi tersebut sangat baik untuk pembelajaran.
Implementasi
hipnosis dalam pembelajaran sama dengan menerapkan langkah hipnosis pada umumnya.
Perbedaannya hanya terletak pada kapan diberikan dan isi sugesti. Hipnosis
dapat dilaksanakan di awal pembelajaran, di tengah-tengah pembelajaran,
kegiatan out bond, kegiatan motivasi, kegiatan menjelang kegiatan Ujian
Nasional. Sugesti yang diperlukan jelas sesuai dengan tujuan dan kapan
pelaksanaan berlangsung. Hipnosis dapat membawa otak dalam kondisi afta.
Kondisi ini mampu menyelaraskan kinerja otak untuk bersemangat belajar. Namun
demikian, tetap disadari bahwa ini hanyalah salah satu bentuk strategi
pembelajaran. Hipnosis bukan strategi pembelajaran yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Adi W. 2007.
Hypnotherapy. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Hakim, Andri.
2010. Hipnosis in Teaching. Jakarta:
Visi Media
Phrashing
, Barbara. 2007. The Power of Learning
Styles. Penerjemah Nina Fauziah. Bandung: Kaifa
Bobbi
DePorter,dkk.2003. Quantum Teaching.
Penerjemah Ary Nilandari. Kaifa: Bandung
Colin Rose dan Malcom J. Nicholl.2003. Accelerated Learning. Penerjemah Dedi
Ahimsa. Bandung : Yayasan Nuansa Cendekia
Eric
Jensen. 2008. Brain-Based Learning.
Penerjemah Narulita Yusron. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Novian Triwidia
Jaya 2010. Hypno Teaching. Jakarta:
D-Brain
Yus Santos. Buku Panduan Advance Hypnotherapy (2009). Surabaya: Alfa Omega Center
Soenjono
Dardjowidjojo.1992. Berbagai Pendekatan
dalam Pembelajaran Bahasa. Mulyana Sumardi, editor. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Widianto, Irwan. 2009. Super Great Memory. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Willy Wong,dan
Andri Hakim. 2009. Dahsyatnya Hipnosis.
Jakarta: Visimedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar