ANTARA
MAJALAH DAN JURNAL ILMIAH
Oleh :
Sugiyanto
Sebuah
apresiasi mendalam dan penuh bermakna atas terbitnya Majalah Dinamika Guru
dengan nomor ISSN 1978-5712 yang sekarang ada di tangan pembaca. Bila kita
semua menyadari tuntutan tingkat profesionalisme, sejalan dengan adanya Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen khususnya BAB IV. Majalah ini
laksana “ladang, kolam, sawah bahkan, bumi” kita (guru), mengapa?
Melalui Dinamika Guru terdapat simbiosis mutualisme. Bukan saja antara
majalah dan penulisannya, tetap juga kreativitas, profesionalisme, kompetensi,
serta sertifikasi. Guru kreatif (menulis) berarti telah mempunyai salah satu
kompetensi, menuju sebuah profesionalisme akhirnya berhak mendapatkan
setifikasi. Demikian juga sebaliknya. Tentu saja sebatas jenis tulisan yang
dapat dimuat dimajalah ini seperti artikel, puisi, cerpen, tinjauan buku dsb.
Nah apalagi yang pembaca tunggu ”marilah menulis sekarang”! kali ini penulis
mengajak pembaca menulis artikel.
Sebagai guru
pasti kaya akan gagasan. Simaklah kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat dan
cermati keterlibatan guru. Pasti banyak gagasan yang disampaikannya, jika
memang seperti itu, anda pasti berbakat menjadi seorang penulis artikel.
Kompetensi awal tersebutwajib ditambah dengan kegemaran membaca, membaca
artikel tentunya, atau bacaan lain. Karena kegiatan inilah nadi yang
mengerakkan kemampuan menulis. Kemudian mulailah berlatih menulis. Ingat dalam
belajar tulis-menulis, meniru style itu tidak tabu, dan yang ditabukan
bila tidak segera memulai.
Selaras
dengan tuntutan profesi, maka, artikel yang kita tulis tampaknya ada batasan
kerelevanan. Pertama keterkaitan dengan mata pelajaran yang kita ampu. Kedua
dengan dunia pendidikan. Pembatasa itu dapat kita diperhatikan dalam enetapan
angka kredit guru dan format sertifikasi. Meskipun tulisan lain juga mendapat
penghargaan, energ pikiran, kita gunakan pada kebermanfaatan. Memulai menulis
artikel tidak harus mengetahui artikel itu apa. Paparan tentang artikel yang
penulis sajikan sekedar pengetahuan. Karena keterbelengguan kita pada segenap
difinisi akan menghambat keberanian menulis.
Artikel
jurnalistik, adalah tulisan lepas mengenai berbagai soal aktual yang bersifat
opini pribadi penulis...oleh karena itu, artiel jurnalistik yang baik juga
mesti menggunakan referensi. Slamet Suseno menjelaskan bahwa tulisan yang
berisi fakta berikut masalah, diikuti dengan pendirian subyektif yang disertai
argumentasi berdasarkan teori keilmuan dan bukti berupa data statistik yang
mendukung pendirian itu, dipandang bukan lagi opini atau esai lagi, tapi sudah
berkembang menjadi artikel.
Ismail
Marahimin dalam Menulis Secara Populer menyajikan beberapa ciri sebuah
artikel : (i) berusaha lebih faktual (ii) menyeluruh (mempengaruhi) orang lain
(iii) tidak terikat oleh bentuk, (iv) isi artikel bisa apa saja dan (v) membaca
artikel membuat terhibur. Mungkin masih terdapat juga pendapat lain.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat kita generalisasikan beberapa hal tentang
artikel meliputi : opini pribadi, bersifat actual dan factual, berdasar kaidah
keilmuan, berisi apa saja, mengetahui sesuatu yang semula samar menjadi terang,
membuat terhibur. Makna ini seakan mengarah pada pengertian artikel atau sering
disebut dengan tulisan ilmiah populer--, merupakan karangan faktawi.4
Pernyataan
tentang artikel di atas dapat kita bandingkan dengan apa yang disebut artikel
ilmiah. Artikel ilmiah adalah tullisan singkat (kurang 15 halaman) yang
dipublikasikan pada jurnal ilmiah. Karakter artikel diwarnai dengan gaya
selingkung. Meskipun keselingkungan terdapat sebuah keharusan seperti abstrak,
kata kunci, dan sumber rujukan mutakhir ditentukan secara jelas dalam
instrument evaluasi untuk akreditasi berkala.5
Artikel
ilmiah biasanya dibedakan menjadi dua bentuk artikel hasil pemikiran atau
artikel nonpenelitian dan artikel hasil penelitian.6 Artikel ilmiah
adalah hasil berfikir ilmiah yang didasarkan pada rencana yang relative matang.
Perencanaan penulisan dilaksanakan dari tiga segi, yakni gagasan, segi formal
dan teknik penulisan, serta segi bahasa. Kerangka isi utuh artikel penelitian
lazim berisi komponen-komponen utama sebagai berikut : (1) judul, (2) nama
penulis, (3) abstrak dan kata kunci, (4) pendahuluan, (5) metode, (6) hasil,
(7) bahasan, (8) simpulan dan saran, (9) daftar rujukan, dan (10) lampiran
(jika ada). Kerangka isi utuh artikel pemikiran lazim berisi komponen-komponen
berikut : (1) judul, (2) nama penulis (3) abstrak (4) pendahuluan (5) bagian
inti (diberi judul sesuai substansi bagian inti) (6) penutup (7) daftar rujukan
(8) lampiran (jika ada)7
Apa yang
dapat kita ambil dari perbandingan dua hal di atas? Artikel ilmiah populerdapat
sedikit bebas dan dimuat dalam koran atau majalah. Sedangkan artiel ilmiah
lebih terkait dan dimuat dalam jurnal ilmiah. Berkaitan dengan jurnal ilmiah
Wahyu Wibowo menyampaikan ragam jurnal ilmiah yakni penerbitan berkala yang
diterbitkan oleh perguruan tinggi. Wujudnya, bisa serupa majalah, serupa Koran,
bisa pula serupa bulletin. Di Indonesia, eksistensi jurnal ilmiah
dipagari oleh sejumlah aturan ketat yang dikeluarkan pihak DIKTI, Depdiknas RI.8
Pembandingan
tersebut bukan sebagai upaya dikotomi. Sehingga menghasilkan mana yang lebih
berbobot atau manayang lebih baik. Tetapi sebagai upaya menemukan ragam tulisan
artikel yang sesuai dengan majalah Dinamika Guru. Hemat penulis
tampaknya ragam ilmiah popular lebih selaras. Dengan alasan Dinamika Guru
adalah sebuah majalah bukan jurnal. Majalah (magazine) adalah publikasi atau
terbitan berkala yang memuat berbagai artikel, berita olahan (dept reporting),
berita investigasi, cerita, dongeng, mitos dan legenda.9 Dengan
demikian kemasan artikel ilmiah populer tampaknya lebih selaras.
Bagaimana
dengan bahan penulisan artikel? Bahasan tulisan ilmiah popular dapat terkait
dengan masalah apapun. Sedangkan bahan untuk artikel ilmiah dapat diambil dari
bahan mentah dan bahan jadi. Bahan mentah : gagasan orang, artikel orang, buku
orang lain. Bahan jadi: makalah, laporan penelitian, laporan pengabdian,
diklat.10 Berdasarkan bahan tulisan apa yang tertera dalam artikel
ilmiah secara logika dapat kita sajikan dalam ilmiah popular. Bukankah bahan
tulisan ilmiah popular lebih luas. Jadi bahan artikel ilmiah dapat kita sajikan
dalam artikel populer.
Sajian bahan
artikel ilmiah dalam bentuk artikel jurnalistik (ilmiah populer) hanya
membutuhkan seikit keselarasan. Keselarasan tersebut dapat kita mulai dengan
(1) keselarasan judul, (2) bahasa, (3) struktur penulisan. Tentu saja tidak
megubah topik, tema maupun data (grafik, tabel, angka) hasil penelitian.
Dalam harian
Jawa Pos (Rabu, 18 Juli 2007) terdapat sebuah artikel dengan judul Manggot
Pengganti Pelet. Judul tersebut berasal dari sebuah judul penelitian: Monggot,
Pakan Alternatif Ikan Menuju Organik Aqua Culture. Di sini dapat kita lihat
penyelarasan judul penelitian menjadi judul artikel. Ada beberapa catatan
mengenai bagaimana judul artikel : (1) singkat-padat, kreatif, dan berkonotasi
positif, (2) mencerminkan topik tulisan dan mudah diingat, (3) mudah dibaca dan
diucapkan, (4) tidak kemaruk terhadap penggunaan bahasa asing, (5) dapat
diterima secara umu, (6) harus berbentuk frase bukan kalimat.11
Penyelarasan di atas tentu bukan harga mati. Setiap penulis akan menemukan
sendiri bagaimaa judul karya ilmiah disajikan dalam artikel ilmiah popular.
Berikutnya
adalah Penyelarasan bahasa. Bahasa ragam jurnalistik dalam performance-nya
ditandai dengan kalimat yang lancar, kata-kata popular, tidak menggunakan
bentuk struktur formal.12 Pemilihan ini sangat tergantung pada
derajat komunikasi bahasa yang dinginkan. Sejauh mana hal tersebut
dapatdikemas, sangat tergantung pada kreativitas penulis artikel. Pemilihan
kata (diksi), penyusunan kalimat dan penataan paragrap harus terfokus dalam
ketercapaian tingkat komulatif.
Struktur
penulisan artikel ilmiah dalam jurnal ilmiah tampak begitu formal. Artikel
ilmiah populer sedikit longgar. Paling mencolok adalah penyajian bab atau sub
bab dalam artikel ilmiah, dalam artikel ilmiah populer tidak demikian. Tentu
saja diperlukan perampingan agar tidak terlalu panjang. Meskipun sebenarnya
jika dilihat dari keruntutan pola piir terdapat keselarasan. Keduanya
mengandung unsur teras (lead), tubuh (body), dan penutup (ending).
Dalam beberapa hal penyertaan grafik, bagan ataupun tabel sangat diperlukan,
sebagai upaya penguatan argumen atau bukti penelitian (jika hasil penelitian).
Jadi
penyelarasan judul, bahasa dan struktur ragam artikel ilmiah ke artikel ilmiah
popular tidak terlalu sulit. Hanya memerlukan perubahan-perubahan sedikit.
Kajian di
atas bukanlah harga mati. Pembaca pasti menemukan yang belum atau kurang
sesuai. Penulis yakin bahwa kekurangan dan ketidaksesuaian itu ada pada hati
pembaca. Lengkapilah atau benarkan agar menemukan bentuk kesempurnaan. “Ada
pula yang memiliki sedikit dan memberikan segalanya. Merekalah yang percaya
akan kehidupan dan anugerah kehidupan, dan peti mereka tiada pernah mengalami
kekosongan” demikianlah Kahlil Gibran. Selamat Dinamika Guru, guru
Ponorogo harus dapat menyelamatkan.
Wahyu Wibowo, Berani
Menulis Artikel, Jakarta (Penerbit Gramedia; 2006, hal.28)
Slamet Susena, Teknik Penulisan Ilmiah Populer: Kiat Menulis
Nonfiksi untuk Majalah. Jakarta (Penerbit Gramedia, 1997), hal. 104-105
Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer, Jakarta (Penerbit
Pustaka Jaya 2001) 228-229
4 The Liang Gie, Pengantar
Dunia Karang-Mengarang, Yogyakarta (Liberty, 1995), hal. 103
5 Margono, Sumber Bahan
Penulisan Artikel Ilmiah dalam Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah, Ali Saudah
dan Mulyadi GS. (penyunting) Malang (penerbit Universitas Negeri Malang) hal
13-14
6 Suhadi Ibnu, ibid hal 22
7 Suparno, ibid hal 38
8 Wahyu Wibowo, op.cit hal 23
9 ibid hal 22
10 Margono,
ibid hal 13
11 Wahyu
Wibowo, ibid hal 84-86
12 A.M.
Dewabrata, Kalimat Jurnalistik, Jakarta (penerbit Kompas,2006) hal 22
Agen Slot Online
BalasHapusAgen Slot Terpercaya
Kaya Nonton